Headlines News :
Home » , , » "Antara PKS dan Fenomena Caleg Selebritis" | by @abifahmiazizi

"Antara PKS dan Fenomena Caleg Selebritis" | by @abifahmiazizi

Written By GemaDakwah on Minggu, 28 April 2013 | 19.31

Abi Fahmi Azizi
Taiwan


Pemberitaan kemarin (Kompas.com, 28/4) melansir dari 12 partai politik peserta Pemilu 2014 hanya tiga partai politik yang tidak mengusung calon legeslatif dari kalangan artis atau selebritis yaitu PKS, PBB dan PKPI. Fenomena apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Jawaban singkatnya, inilah fenomena politik instant. Politik instant yang  akan remuk dalam jangka pendek dan sesaat. Namun, sangat disayangkan dampaknya masif dan dapat merusak dalam jangka panjang sejarah perpolitikan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apakah ada yang salah dengan mencalegkan artis atau selebritis? Tidak. Tidak ada yang salah seandainya para selebritis ini jauh hari sebelumnya sudah terlibat dalam politik praktis dan serius dalam berpolitik dan sudah pula menunjukkan kiprahnya sebagai aktivis yang peduli dengan persoalan-persoalan dan pemecahan masalah kemasyarakatan.
Di pihak lain, partai-partai politik juga jauh-jauh hari sebelumnya sudah melakukan kaderisasi terhadap para selebritis sehingga mereka cakap dan kompeten dalam berpolitik dan menterjemahkan fungsi-fungsi politiknya.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, banyak partai politik yang sengaja menggaet artis hanya dijadikan sebagai [alat untuk menjaring] vote getter semata. Mereka memanfaatkan popularitas artis untuk menarik masa yang ada (Kompas.com, 28/4).
"Partai pragmatis untuk mendulang suara yang besar. Artis-artis yang populer dipakai untuk menghasilkan suara yang besar dan kursi di DPR," kata Sebastian Salang, Minggu (28/4/2013).
Small think vs. Big think
Partai-partai politik (parpol) seharusnya berpikir jauh ke depan untuk kepentingan masyarakat bukan kepentingan sesaat dalam jangka pendek. Masyarakat seharusnya diberikan pendidikan politik cerdas dan sehat. Masyarakat harus diajarkan bagaimana cara bijak memilih wakil-wakil rakyat yang berkualitas sehingga mampu menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi mereka di parlemen.
Sebagai konsekuensinya maka parpol harus menawarkan kader yang sudah terdidik dengan baik dalam berpolitik dan melakukan pelayanan kepada masyarakat atau menawarkan tokoh-tokoh masyarakat yang memang sudah teruji sebagai figur yang yang mampu memberikan kontribusinya bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Belajar dari pandangan Bernd H. Schmitt (2007) dalam bukunya "Big Think Strategy: How to Leverage Bold Ideas and Leave Small Thinking Behind" saatnya parpol-parpol meninggalkan cara berpikir kerdil (small thinking) dan beralih untuk berpikir besar (big thinking) pada masa yang akan datang.
Masyarakat harus diajarkan agar mampu membedakan antara parpol yang berpikiran kerdil (parpol kerdil)  dan parpol yang berpikiran besar (parpol besar). Parpol kerdil cenderung menjadikan figur artis atau selebritis sebagai pengungkit. Parpol ini menggunakan artis untuk mengungungkit perolehan suara atau menjadikan artis hanya sebagai vote getter menurut Sebastian Salang tersebut di atas.
Sebaliknya parpol yang berpikiran besar tidak membutuhkan figur pengungkit. Parpol semacam ini hanya membutuhkan kreativitas dan perubahan (creativity and change). Parpol ini memilih melakukan kreativitas tanpa batas dan melakukan perubahan perlahan namun pasti sebagai pencapaian prestasi atas apa yang mereka cita-citakan.
Parpol kerdil memilih untuk berpikiran sempit (narrow-mindedness). Artis dan figur instant lainnya dijadikan semata-semata sebagai sarana mencapai kepentingan parpol dan sekedar untuk meramaikan dan memeriahkan pesta demokrasi. Pesta demokrasi identik sebagai pesta gemerlap yang melekat dengan dunia para artis.
Lain lagi dengan parpol parpol besar. Parpol besar membutuhkan kepemimpinan visioner (visionary leadership). Kebutuhan parpol besar adalah kepemimpinan, baik kepemimpinan personal yang tercermin dari kepemimpinan Presiden atau Ketua parpol maupun kepemimpinan kolektif yang terlihat dari kemampuan manajemen seluruh kader parpol secara terstruktur, terukur dan teratur. Kader-kader ini mampu mengarahkan haluan parpolnya ke arah yang lebih baik meskipun tanpa komando dari atas. Mewujudkan tujuan bersama yang mulia adalah cita-cita parpol besar.
Parpol kerdil cenderung menghindari risiko dibandingkan dengan parpol besar yang memiliki ide-ide dan aksi-aksi berani. Parpol kerdil takut menghadapi risiko kekalahan dalam putaran kompetisi pesta demokrasi sehingga mereka membutuhkan figur-figur instant dan bajakan agar tampak sebagai partai yang konsisten dan dekat dengan rakyatnya. Sebaliknya parpol besar lebih memilih menawarkan ide-ide berkualitas dan berguna bagi masyarakat serta menawarkan terobosan baru dalam memaknai pesta demokrasi. Kemenangan tidak harus diwujudkan dengan gemerlap dan kemewahan seorang figur melainkan dari kapasitas, kapabilitas dan kualitas figur yang sudah terbukti di masyarakat binaannya. Kekalahan bagi parpol besar bukanlah kehancuran melainkan awal dari suatu gerakan perubahan.
Bagian terpenting dalam membedakan parpol kerdil dan parpol besar terlihat dalam perhatian dan fokus parpol. Parpol kerdil lebih memperhatikan hal-hal yang sifatnya jangka pendek sehingga jadilah sebagai parpol dengan fokus jangka pendek (short-term focus). Hal ini dapat terukur dengan jelas dengan aktivitas-aktivitas reaktif dan sesaat. Jika menyumbang atau memberikan bantuan kepada masyarakat biasanya  karena ada kepentingan bagi pesta demokrasi yang semakin mendekat. Sebelumnya tidak pernah dekat dengan masyarakat tiba-tiba menjadi super aktif dan menyalurkan banyak sumbangan dan bantuan. Kemilaunya akan kian meredup dan semakin jauh ketika musim kampanye telah berlalu.
Berbeda halnya dengan parpol besar yang selalu menjaga stamina dan konsistensi mereka dalam memberikan sumbangan positif bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Bagi parpol besar konsistensi dan kerja keras selali ditujukan untuk dampak akhir (lasting impact) yang lebih baik sehingga membutuhkan kerja keras dan kesabaran untuk selalu berjuang bersama masyarakat tanpa mengenal musim dan waktu. Sumbangan parpol besar biasanya kecil-kecil, tetapi memberikan dampak  besar bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat karena dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten. Itulah parpol berpikiran besar.
Kader dan simpatisan PKS selalu berharap agar partai ini menjadi parpol besar. Parpol dengan pikiran-pikiran besar. Partai kreatif dan menjadi pelopor perubahan ke arah yang lebih baik. Partai visioner dengan kepemimpinan yang mampu menawarkan perubahan. Parpol dengan ide-ide dan aksi-aksinya yang berani, progresif dan revolusioner. Parpol yang selalu menjadikan tujuan akhirnya sebagai cita-cita mulia dan tertinggi yang bisa berdampak dalam bagi kehidupan dan perkembangan masyarakat yang lebih baik serta bangsa dan negara yang berkemajuan. Salam cinta, kerja dan harmoni[].

Tainan City, Taiwan, 29 April 2013

Abi Fahmi Azizi
@abifahmiazizi
(PKS Piyungan)
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar:

Terimakasih..

Dengan adanya komentar saudara bisa memberi masukan bagi kami

 
Kontak Admin : Facebook | InilahPKS
Email: inilahpks@gmail.com
Hadir Sejak : Selasa, 19 Maret 2013 | 23.21
Template Design by Creating Website Published by Tarqiyah Group